Sore itu di pinggir pantai terlihat pak Yahya sedang berada di atas kapal birunya mengarah ke daratan. Satu persatu ikannya ia pindahkan ke ember dan menggotongnya ke rumah pengepul untuk di jual. Tak lama pak Ari dan pak Tanu juga terlihat membawa kapalnya menuju pulang namun tampaknya tidak ada satu ikan pun yang dikeluarkan dari kapalnya. Penampakkan memang terlihat sedikit berbeda. Biasanya para nelayan pulang tidak secepat ini apalagi cuaca pun terlihat cukup bagus untuk pergi melaut yang biasanya nelayan bisa dapat banyak ikan.
“bbboooommmmmm” Tidak lama terdengar suara ledakan yang cukup membuat kaget. “suara apa ini?” bisikku dalam hati. apa ada kompor meledak di rumah nelayan? Aku pun membuat berbagai dugaan. Aku melihat ke kiri dan ke kanan terlihat tidak ada rumah nelayan yang sedang ramai seperti sedang ada insiden di dalamnya. “bbbboooooooommmm” tidak lama suara itu terdengar lagi. Rasanya suara ini baru sekali aku mendengarnya. Dan tidak ada orang lain di sekitarku yang bisa aku tanyakan. Tiba-tiba aku berpikir apakah ini alarm akan terjadinya tsunami. Tapi jika iya kenapa tidak ada terlihat orang-orang ramai keluar rumah untuk menyelamatkan diri. Sungguh aneh, setiap hipotesaku tidak terdukung oleh keadaan yang seperti tidak terjadi apa-apa.
Tak lama aku melihat pak Udan mengarah ke daratan dengan kapal kuningnya yang bergambarkan tulisan-tulisan aksara jawa yang aku tidak mengerti apa artinya. Ya, pak Udan memang nelayan yang asli dari jawa dengan logat jawa yang masih begitu jelas terdengar. Melihat aku berdiri di pinggir pantai, Pak udan pun melambai-lambaikan tangannya kepada ku seperti menyapa. Aku pun langsung menunggu pak udan sampai ke pinggir partai. Aku membantu pak udan yang mengangkat ikannya. Saat itu embernya terlihat tidak penuh seperti biasanya. Aku pun bertanya “kenapa pulang sore, tumben banget pak”. “iya ikannya udah gak ada yah ngapain lagi kita mincing” ujar pak udan dengan santainya. “oh iya tadi bapak dengar suara ledakan gitu gak?, aku kira ada kompor warga yang meledak tapi kayak tidak terlihat sedang terjadi apa-apa disini” kataku penasaran. “itu sih suara bom mas, emang gak ada terjadi apa-apa disini, kan yang di bom di tengah laut itu” kata pak udan. “bom apa itu pak” tanyaku agak kaget. “akhir-akhir ini banyak kapal besar yang terlihat di lautan, katanya sih dari perusahaan apa gitu saya tidak ingat, nah kita aneh juga kenapa ikan jadi sepi di musim-musim kayak gini. Ternyata mereka menangkap ikannya menggunakan bom mas, jadi dapat ikannya langsung banyak. Cuman yah itu ikan-ikan kecil juga jadi ikut mati” kata pak udan menjelaskan.
Pak udan mengatakan kapal-kapal dari perusahaan memang sering berada di kampung ini sejak dulu cuman memang tidak setiap saat. Saat seperti itu nelayan konvensional memang sulit mendapatkan ikan karena ikannya sudah diambil semua dan bisa beberapa bulan kedepan ikan pun gak ada karena ikan-ikan kecil pun ikut mati dan tidak bereproduksi lagi. Berdasarkan informasi dari pak udan, dulu perusahaan-perusahaan ini sempat dimarahi oleh pemerintah disini, tetapi tidak tau kenapa satu per satu masih tetap ada yang beroperasi seperti ini. Berkembangnya teknologi menjadi cara baru setiap orang dapat beraktifitas dan menjalani bisnisnya menjadi lebih produktif. Khususnya perusahaan-perusahaan besar yang memiliki modal besar. Bukan tidak mungkin apapun bisa mereka lakukan untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Tapi apakah benar itu digunakan untuk meningkatkan produktifitas atau malah menjadi exploitasi semata. Dengan ini aplikasi nelayan dari Ledgernow mengajak nelayan untuk dapat meningkatkan produktifitas tanpa mengekploitasi sumber daya laut dengan cara-cara yang tak wajar. Dengan ini mereka akan dapat memerangi perusahaan-perusahaan pengebom itu untuk menangkap ikan sesuai aturan yang sudah diberikan seperti yang mereka lakukan. Untuk tau lebih lengkap mengenai ledgernow silahkan cek link berikut https://www.ledgernow.com/.
Pak Udan merupakan nelayan muda yang begitu dihormati di kampung pesisir ini. Pak udan sudah melaut sejak usianya 10 tahun dan saat ini ia sudah melaut sekitar 35 tahun. Fisik pak udan terlihat masih begitu kuat karena sudah terbiasa bertarung dengan badai dan ombak dilautan yang membuat fisik pak Udan tidak seperti orang yang sudah tua. Saat itu kenyataan membawanya untuk harus beristirahat total di rumah, saat mengantarkan anaknya ke kota menggunakan motor pak Udan terjatuh dari motor dan kakinya mengalami cidera tulang. Sebagai seorang kepala keluarga, kondisi seperti ini sangat menyulitkan karena jika tidak melaut, ia dan keluarga tidak bisa mendapatkan uang, sedangkan anak laki-lakinya masih kecil kecil dan belum bisa pergi melaut. Anak nya yang pertama adalah perempuan yang tidak mungkin pergi melaut. Saat kondisi seperti ini, Pureheart akan membantu untuk memberdayakan wanita-wanita dan ibu rumah tangga untuk bisa mengolah ikan atau hasil laut lainnya untuk dijadikan makanan ringan, atau olahan lainnya yang bisa dijual ke warung atau di distribusikan ke pasar-pasar. Pureheart turut membantu wanita pesisir menjadi mandiri dan mampu menopang ekonomi keluarga. Info selengkapnya https://pureheart.ledgernow.com/