Artikel ini adalah bagian dari program #PelangiDiLautan : Kesejahteraan untuk senyum di laut
Program ini merupakan kolaborasi antara beberapa perusahaan berbasis blockchain untuk memperkenalkan dan mengeksplorasi teripang secara lebih luas, meningkatkan standar hidup dan kesejahteraan nelayan, serta berkomitmen untuk mewujudkan ekosistem ekonomi yang lebih baik.
Tulisan-tulisan dalam artikel #PelangiDiLautan terinspirasi oleh pengalaman yang dilakukan di daerah Saumlaki, Maluku Tenggara Barat. Namun, beberapa karakter, karakter, acara, lokasi, dan dialog adalah fiksi dan disusun secara dramatis agar lebih menarik. Jika ada kesamaan dalam nama karakter, tempat kejadian atau cerita, itu hanya kebetulan dan tidak ada unsur niat
Siang itu, Mamik Slamet (40), mendaratkan perahu miliknya di pelabuhan Tempat Pelelangan Ikan (TPI), Desa Randuboto, Kecamatan Sidayu, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Perahu tradisional itu panjang ukurannya 9 meter, sementara lebarnya 2 meter, digunakan oleh nelayan setempat untuk mencari jenis hewan teripang. Teripang adalah hewan Invertebrata Holothuroidea atau hewan yang tidak memiliki tulang belakang, bisa dikonsumsi, bahkan bisa digunakan sebagai obat. Warga setempat mengenalnya dengan sebutan blonyo, memiliki jenis warna kuning langsat, berlendir dan menyerupai belatung raksasa.
“Hampir setiap hari saya mencari blonyo, kecuali hari minggu saja saya tidak melaut,” tutur Slamet.
Dia bercerita untuk mencari hewan yang bisa dijumpai mulai dari zona pasang surut sampai laut dalam ini, dia harus menempuh jarak 10 kilometer dari daratan dengan menggunakan perahu. Untuk pencarian teripang ini, kata Slamet, dimulai dari pagi sebelum matahari terbit, atau ba’da subuh sekitar jam 05:00 WIB hingga kisaran jam 12.00 WIB baru kembali ke daratan, dengan melewati muara sungai Bengawan Solo, tempat Pelelangan Ikan tersebut. Dalam sehari dia mengaku bisa membawa teripang tiga kintal dari perairan Laut Jawa itu.
Di tempat pelelangan, sudah ada istri-istri yang menunggu, mereka datang untuk membantu membersihkan kotoran jenis hewan tak bertulang belakang itu, sebelum kemudian dijual ke pengepul yang ada di wilayah setempat. Slamet merupakan satu diantara puluhan nelayan yang menggantungkan hidupnya mencari teripang dari laut pesisir utara Gresik. Selain teripang, nelayan setempat ada juga yang mencari ikan, rajungan dan kerang. Nelayan mendaratkan perahunya di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Desa Randuboto, Kecamatan Sidayu, Kabupaten Gresik, Jatim.
Berada di pesisir laut Jawa, Gresik dan sekitarnya termasuk daerah yang berkelimpahan segala hasil laut, salah satunya yaitu teripang. Ivul, istri nelayan setempat bertutur, untuk mencari hewan yang biasa dikenal juga dengan sebutan timun laut ini, pengambilannya katanya tidak ada musiman. Setiap hari selalu ada yang mencari dilaut, dan belum pernah kesulitan, bahkan saat musim hujan sekalipun. Karena dia menganggap, untuk teripang ini jumlahnya relatif banyak dibandingkan dengan kerang yang sifatnya musiman.
Untuk itu, dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, nelayan yang awalnya mencari kerang, kemudian beralih mencari teripang. Selain masih mudah didapatkan dan tidak kenal musim, harganya juga bisa dikatakan stabil. Jika teripang bentuknya kecil, dari nelayan dihargai Rp.350rb /kg. Untuk yang berukuran besar bisa dihargai Rp. 4 juta /kg.
“Nanti dari pengepul, katanya dikirim ke Semarang, Gresik Kota, dan Surabaya,” ujar Ivul sembari membersihkan kotoran teripang satu per satu. Untuk membersihkan itu, dia hanya menggunakan silet.
Matahari semakin menanjak, para nelayan satu persatu mulai berdatangan. Sesekali Ivul menyapa rekanannya yang datang itu, lalu tangannya kembali cekatan mengambil teripang dari dalam perahu dengan menggunakan keranjang baskom untuk dikeluarkan ke permukaan perahu, supaya lebih mudah proses pembelahannya. Satu per satu teripang dibelah, dalam jangka waktu dua jam, teripang sebanyak 3 kuintal hasil tangkapan suaminya itu selesai dibersihkan. Proses selanjutnya, dari perahu teripang kemudian dimasukkan ke dalam jerigen plastik berwarna biru, lalu diangkat ke gerobak untuk diantarkan ke tengkulak.
Berbeda dengan Slamet yang sudah puluhan tahun berprofesi sebagai nelayan fokus mencari teripang. Suami Ivul ini, diceritakannya baru mencari teripang sekitar 5 tahunan, awalnya suaminya hanya mencari kerang. Seiring berjalannya waktu, keberadaan kerang dirasa semakin susah. Selain itu sifatnya juga musiman. Sehingga suaminya itu kini lebih fokus mencari teripang.
Untuk proses pencarian teripang saat di laut, Slamet menceritakan, sesampai di lokasi dimana titik ditemukan banyak teripang dibawah laut itu. Kemudian dia menceburkan alat dengan kedalaman 4 meter, alat itu orang Setempat menyebutnya garit, dengan bahan jalinan 18 batang besi stainless steel serupa kail yang ditata berjajar seperti garpu bengkok. Setelah itu alat ditarik ke atas, dilakukannya berkali-kali. Sekali berangkat Slamet mengaku hanya membutuhkan lima liter solar, dengan biaya Rp. 30 ribu.
“Sekali jalan, dapat hasil jual rata-rata Rp300 ribu, pencariannya setengah hari. Untuk pasarnya sudah ada yang nampung sendiri, katanya diolah menjadi cemilan berupa kerupuk” ujarnya.
Mengobservasi dimana saja tempat berkumpulnya teripang agar panen bisa lebih melimpah nelayan pun bekerja sama dengan Ledgernow, mereka menganggap Ledgernow mempunyai peran penting dalam proses penemuan panen yang melimpah, membantu cara proses pengolahan agar teripang yang dihasilkan memiliki kualitas terbaik. Untuk lebih jelasnya klik link berikut https://www.ledgernow.com/
Peneliti Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ratih Pangestuti menjelaskan, teripang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai obat anti kanker. Binatang ini dinilai aktif sebagai antikanker payudara dan kanker ovarium. Menurutnya, LIPI berkomitmen untuk meneliti dan mengembangkan bahan aktif dari organisme laut sebagai agen anti kanker, dan juga pangan yang digunakan untuk mencegah penyakit kanker.
Konsep pangan yang disebutkan yaitu komponen makanan yang berfungsi untuk meningkatkan kondisi ketahanan tubuh dan mengurangi resiko terjangkitnya berbagai macam penyakit, diantaranya yaitu kanker. Dengan AELL kita dapat berinteraksi langsung kepada para dokter agar jangan sampai terjangkit kanker yang dapat merusak tubuh kita, terutama nelayan yang berperan penting dalam mencari teripang di laut. AELL juga bisa memberikan rekam medis, jadi kita bisa memantau bagaimana kesehatan tubuh kita sendiri. Selengkapnya mengenai AELL klik link berikut https://www.aell.co/
#PelangiDiLautan : Kesejahteraan Untuk Senyum Di Laut
Program ini merupakan kerjasama dari beberapa perusahaan berbasis blockchain di Indonesia untuk memperkenalkan dan mengeksplorasi teripang secara lebih luas, meningkatkan standar hidup dan kesejahteraan nelayan, serta berkomitmen untuk mewujudkan ekosistem ekonomi yang lebih baik.
Beberapa perusahaan yang terlibat adalah:
Temindo (Teknologi Mandiri Indonesia, PT)
PureHeart
PureHeart adalah inisiatif yang berbasis kegiatan sosial yang berkomitmen kepada tujuan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development goals) dengan teknologi blockchain secara menyeluruh (end-to-end) sehingga taraf hidup masyarakat Indoensia semakin meningkat.
Website: https://pureheart.ledgernow.com
SSC (Sustainable Supply Chain)
SSC (Sustainable Supply Chain) adalah solusi blockchain untuk kolaborasi cepat dan aman bagi perusahaan-perusahaan dalam rantai pasok (supply chain) yang bertujuan untuk mengurangi biaya operasional, meningkatkan pelayanan konsumen dan mempercepat pengiriman barang dan jasa ke konsumen.
Website: https://www.ssc.co.id
YONK
YONK adalah sebuah aplikasi pengelolaan keuangan untuk pemilik UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) sehingga mereka mendapakan laporan keuangan yang real time dengan fitur predicition analysis untuk membantu meningkatkan kredibilitas UMKM kepada perusahaan pembiayaan (Financing Companies) menggunakan teknologi blockchain.
Website: https://www.yonk.io
AELL
AELL adalah solusi untuk membantu pengelolaan data rekam medis secara digital dan terintegrasi antar rumah sakit dan klinik sehingga mempercepat proses pelayanan pasien, mempermudah rujukan dan melindungi data pasien dengan teknologi blockchain.
Website: https://www.aell.co
Global Usaha Semesta
Global Usaha Semesta adalah solusi dalam industri perikanan yang terkait dengan perdagangan, transportasi, pertanian dan jasa produksi perikanan. Berfungsi sebagai inti yang mendukung kebutuhan operasional mitra nelayan / plasma dalam bentuk dukungan untuk platform peralatan perikanan, industri dan pembiayaan dengan teknologi blockchain. Situs web https://globalusaha.com/