Setelah makan malam, saat ini waktunya jam untuk belajar. Rita memilih untuk masuk ke kamar dibandingkan berkumpul bersama teman-temannya di ruang tengah. Rita lebih suka untuk belajar di ruangan yang tenang sambil mendengarkan lagu kesukaannya. Ia mengulang lagi materi perkuliahan hari ini. Sambil sesekali merangkum materi yang ada di bukunya.
“brrrrt……brrtttt……” getar handphone Rita memecah konsentrasinya. Rupanya ibunya yang menelpon.
Seperti biasa, ibunya selalu menelpon hampir setiap hari untuk sekedar bertanya sedang melakukan apa disana atau hari ini makan apa. Terkadang, ibu juga bercerita tentang kegiatan di rumah seperti memasak, mencuci baju bahkan mengeluhkan jualannya yang belum laku. Apalagi sewaktu ayah Rita mengalami kecelakaan, ibu menelpon Rita dan menangis saat itu. Rita hanya menahan kesedihannya karena tidak ingin menambah beban ibunya jika ia ikut bersedih.
“Uangmu masih ada nak? Maaf ibu belum bisa ngirim karena habis bayar rumah sakit dan cicilan mobil kemarin” kata ibu lewat suara telponnya.
“Uang Rita masih cukup kok bu” jawab Rita dengan mata yang berkaca-kaca.
Rita terpaksa berbohong agar ibunya tidak merasa khawatir. Padahal saat itu uang Rita hanya tinggal 100.000 sampai akhir bulan nanti. Selama ini Rita tidak pernah mengeluh dan berhemat sebisa mungkin. Beruntung karena ia bisa tinggal di asrama kampus yang memang diutamakan untuk anak-anak berprestasi sepertinya.Selama kuliah ia juga mencari tambahan untuk membayar uang kuliah dengan menjadi guru les bimbel di Yogyakarta.
Sore itu, hujan turun rintik-rintik. Rita ada jadwal mengajar di bimbingan belajar. Setelah mengambil payung di asrama ia bergegas pergi ke halte untuk menunggu angkutan umum. Saat naik di angkutan, tiba-tiba Rita sadar jika dompetnya ketinggalan. Ia mencoba merogoh-rogoh tasnya dan berharap ada beberapa lembar uang yang terselip. Namun hasilnya nihil. Rita hanya memiliki saldo e-Wallet sebesar 25.000 yang ada di handphonenya. Saat itu penumpang di dalamnya hanya Rita dan satu lagi anak sekolahan.
“Dek, apa kamu ada uang lebih? Aku lupa bawa uang, nanti aku bayar pakai transfer e-Wallet” tanya Rita kepada anak SMA yang duduk diseberangnya.
“Maaf kak, cuma pas buat ongkos pulang ini saja” jawab anak SMA itu
Rita sangat menyayangkan hal ini. Seandainya saja angkutan umum di kota ini sudah bisa menggunakan e-Wallet pasti akan lebih mudah. Ketika kelupaan bawa uang tunai tinggal scan barcode dan urusan bisa selesai, gumam Rita. Beruntung, angkutan umum ini berhenti tepat di depan bimbel. Kemudian ia mendapatkan ide untuk menghubungi temannya agar menunggu tepat di depan bimbel agar bisa membayar ongkos untuk Rita saat ia turun nanti.
Seperti biasa Rita mengajar di kelas dengan penuh semangat hingga jam berakhir tepat jam 8 malam. Sayangnya, ketika kelas akan diakhiri ada satu siswa yang menghampiri Rita.
“ Kak, setelah ini bisa kasih tambahan pelajaran untuk aku? Karena besok aku ada ulangan susulan” kata siswa itu.
Rita sebenarnya ingin sekali menolak, tapi ia tidak pernah tega jika harus meninggalkan siswanya yang ingin meminta tambahan belajar. Apalagi disisi lain ia juga harus mempertimbangkan jam malam di asrama yang mengharuskan ia pulang sebelum jam 9 malam. Akhirnya Rita memutuskan untuk tetap memberikan siswanya tambahan pelajaran tanpa memikirkan dimana nantinya ia harus tidur.
Jam menunjukkan pukul 9 kurang sepuluh menit. Sudah tidak ada waktu lagi untuk Rita jika kembali ke asrama, karena perjalanan dari tempat ia mengajar ke asrama membutuhkan waktu kurang lebih 15 menit. Rita mencoba menghubungi temannya untuk menumpang tidur malam ini. Beberapa temannya yang dihubungi tidak bisa membantu karena sudah lewat jam malam di kostnya. Tiba-tiba ia teringat dengan Siska teman satu kelasnya. Sepengetahuan Rita, Siska tidak pernah mengeluh tentang jam malam di kostnya. Lalu Rita mencoba untuk menghubunginya.
Beruntung Siska cepat merespon dan mempersilahkan Rita untuk tidur di tempatnya. Rita segera memesan ojek online menuju tempat Siska karena angkutan umum tidak melewatinya. Sesampainya disana, Rita terkejut karena alamat yang diberikan Siska bukan seperti rumah kost pada umumnya melainkan apartemen.
“ Rit, aku disini ! “ kata Siska yang memanggil Rita dari kejauhan.
Lamunan Rita buyar ketika ia melihat Siska yang melambaikan tangannya dan ia segera menuju kesana.
“Enak juga ya Sis kamu tinggal disini, pasti mahal ya” kata Rita.
“ Yah begitulah hehe” jawab Siska
Keduanya menuju ke lantai 5 dengan menggunakan lift. Ketika sampai di tempat Siska ia makin terkagum-kagum melihatnya. Tempatnya yang sangat luas lengkap dengan kamar mandi, ruang tamu dan dapur dalam satu ruangan dengan penataan yang rapi dan warna yang senada. Belum lagi balkon yang menunjukkan pemandangan kota Yogyakarta pada malam hari.
Rita terheran-heran dengan gaya hidup Siska. Karena ia tahu jika Siska bukan berasal dari keluarga kaya. Bisa dibilang kehidupan mereka hampir sama. Terlebih Rita masih harus mencari pekerjaan sambilan untuk mencukupi kebutuhan dan membantu membayar uang kuliahnya. Sedangkan Siska tidak, yang Rita tahu ia hanya bekerja sebagai sukarelawan daerah Yogyakarta di salah satu Yayasan Sosial yang berpusat di Jakarta. Semua ini membuat tanda tanya yang besar untuk Rita. Dari mana Siska mendapatkan kemewahan seperti ini? Sedangkan ia harus berusaha lebih keras untuk mencukupi kehidupannya.Hal ini yang menjadikan Rita semakin bertanya-tanya…
Episode 2 <———> Episode 4